Itama Ranoraya Catat Kenaikan Laba Bersih Hingga 80%
Thursday, January 14, 2021       10:55 WIB

Jakarta -PTItama RanorayaTbk () emiten yang bergerak dibidang peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions) menyampaikan klarifikasi terkait dengan ada miss informasi mengenai revisi atas laporan keuangan perseroan untuk laporan keuangan kuartal II dan kuartal III tahun buku 2020. Klarifikasi ini dilakukan untuk menghindari miss leading terhadap pemberitaan yang ada saat ini.
Direktur Keuangan PT Itama Ranoraya Tbk Pratoto Raharjo menyampaikan, pada tanggal 26 November 2020, perseroan telah menyampaikan keterbukaan informasi kepada pihakBursa Efek Indonesia(BEI) terkait dengan dilakukannya revisi terhadap laporan keuangan perseroan untuk laporan keuangan unaudited kuartal II dan kuartal III tahun buku 2020.
Tindakan yang dilakukan oleh perseroan tersebut dilakukan sebagai hasil dari konsultasi perseroan kepada pihak otoritas pasar modal yaituOtoritas Jasa Keuangan(OJK). Substansi revisi berupa dikeluarkannya keuntungan ( unrealized ) kenaikan harga saham hasil buyback dari pos pendapatan lain-lain. Sehingga, pascarevisi terjadi perubahan (penurunan) terhadap nilai laba bersih perseroan untuk laba kuartal II dan kuartal III dibandingkan nilai laba bersih sebelum revisi.
Pratoto menambahkan, langkah revisi tersebut merupakan langkah perbaikan yang dilakukan perseroan untuk memenuhi standar akutansi yang berlaku, dan untuk proses perbaikannya perseroan telah melakukan sesuai dengan ketentuan yang ada yang berlaku di pasar modal.
"Dengan implementasi revisi tersebut tersebut laporan keuangan yang dipublikasikan telah mencerminkan laporan keuangan perusahaan unaudited yang sesuai dengan kaidah yang berlaku," ujar Pratoto dalam siaran pers, Rabu (13/1/2021).
Hasil dari perubahan laba bersih di kuartal II maupun kuartal III setelah revisi tersebut, menurut Pratoto, tidak mempengaruhi target pencapaian yang telah perseroan sampaikan sebelumnya. Di mana, pada tahun 2020, laba bersih perseroan tumbuh 70 persen hingga 80 persen dibandingkan laba tahun 2019 yang hanya sebesar Rp33,2 miliar.
"Jadi tidak ada keterkaitan antara hasil revisi pencatatan dengan realisasi pencapaian kinerja," ungkap Pratoto.

Sumber : BERITASATU.COM